KBRN, Yogyakarta : Tak kuasa menahan rasa sedih, Paryanti sambil menangis tersedu, menceritakan rumahnya yang bakal tergusur Proyek Jalan Tol Jogja-Bawen.
Warga Pedukuhan Pundong, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman ini, begitu berat melepas satu-satunya rumah yang dimiliki sebagai tempat berteduh.
”Yang paling berat itu kan, karena rumah peninggalan orang tua, saya susah sekali,” kata Paryanti usai mengikuti sosialisasi pembangunan Jalan Tol di kantor desa setempat, Selasa (4/8/2020).
Kini dirinya hanya berharap, pemerintah bisa memberi harga yang pantas untuk rumahnya.
Perempuan usia 53 tahun, yang sehari-hari berjualan makanan secara online ini, berencana melanjutkan hidup di tempat baru bersama keluarganya, yaitu suaminya seorang guru sekolah dasar, dua anak, satu menantu dan satu cucu.
”Yang penting besok bisa beli tanah, bisa bangun rumah dan masih ada sisa, gitu aja, rencana di sekitar sini (Tirtoadi, red) saja” imbuhnya.
Pilihan Sulit
Sementara itu lewat sosialisasi, Tri Saktiana selaku Asisten Sekda Daerah Istimewa Yogyakarta berupaya membujuk masyarakat, agar rela melepas tanah mereka, untuk membangun Tol Jogja-Bawen.
Mantan Kepala Bappeda Kabupaten Bantul itu juga tidak menampik, begitu berat rasanya kehilangan tanah dan rumah, untuk kepentingan umum yang lebih luas.

”Sekarang saatnya menata hati, memang paling sulit tetapi mau bagaimana lagi, ini dikehendaki oleh negara, setelah bisa menata hati kemudian menata bukti kepemilikan tanah,” ucapnya.
Sesuai peta rencana Jalan Tol di Yogyakarta, Jalur Tol Jogja-Bawen yang melintasi Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati Sleman Yogyakarta, membutuhkan 277 bidang tanah, seluas lebih dari 129 ribu hektar. (ws/yyw).
0 Komentar