Upaya mengurangi karbon atau polutan di kota-kota besar yang padat kendaraan bermotor, dapat dilakukan dengan memilih jenis tanaman. Berbagai jenis tanaman peneduh maupun hias dapat ditanam sebanyak mungkin di sepanjang pinggir jalan, bantaran kali, maupun taman-taman kota.
Berbagai kota besar di Indonesia juga sudah menyadari peran tanaman dalam menyerap polusi. Kota Surabaya, Malang, Bandung dapat dijadikan contoh.
Dikutip dari Nationalgeographic.co.id , sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa tanaman memiliki reaksi yang sangat kompleks dan 'tersiksa' terhadap hujan. Peneliti dari University of Western Australia (UWA) dan Lund University menemukan fakta bahwa tanaman bereaksi kepada hujan dengan sinyal senyawa yang rumit. Dimuat dalam Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, dinyatakan proses tersebut melibatkan ribuan gen, ratusan protein, dan hormon perkembangan lain yang langsung terpengaruh setelah sepuluh menit air hujan menyentuh tanaman. Reaksi 'panik' tanaman berlangsung sekitar 25 menit.
Sebagai bagian dari sifat paniknya, tanaman juga akan memompa hormon bernama asam jasmonat. Senyawa ini bertindak sebagai 'sinyal peringatan' kepada daun dan tanaman lainnya.
Meskipun air merupakan bahan penting yang dibutuhkan untuk fotosintesis, tapi hujan juga membawa bakteri, virus dan spora jamur yang bisa membahayakan tanaman. "Meskipun terdengar aneh, hujan sebenarnya merupakan penyebab utama penyebaran penyakit di antara tanaman," kata Profesor Harvey Millar, pemimpin penelitian sekaligus ahli biologi energi tumbuhan dari UWA.
Ketika hujan jatuh di antara dedaunan, tetesan kecil air memantul ke segala arah. Itu bisa saja membawa penyakit sehingga penting bagi tanaman untuk memberikan peringatan.
Selama ini tanaman dianggap sebagai makhluk hidup yang pasif. Tanaman dapat berinteraksi secara cerdas dengan lingkungannya. Tanaman memiliki kecerdasan dan kesadaran yang nyata seperti binatang.
Penyerap KarbonSetiap jenis tanaman memiliki kadar penyerapan karbondioksida yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi antara lain mutu klorofil daun, yang ditentukan oleh banyak sedikitnya magnesium yang menjadi inti klorofil. Semakin besar tingkat magnesium yang dikandung dalam klorofil tumbuhan, warna daun akan semakin berwarna hijau gelap. Ini membantu mengoptimalkan proses fotosintesis yang terjadi.
Tumbuhan atau pohon buah-buahan termasuk golongan penyerap karbon yang paling baik. Faktor lainnya yang ikut menentukan daya serap karbondioksida adalah suhu, dan sinar matahari, ketersediaan air.
Beberapa tanaman penyelamat lingkungan yang mampu menyerap karbondioksida terbaik di dunia :
Pohon ini memang diperuntukkan bagi ruang publik yang sangat luas seperti taman. Sangat mudah dikenali dari karakteristik dahan pohonnya yang akan membentuk payung. Daunnya tumbuh melebar melebihi ketinggian pohonnya. Di negara asalnya pohon ini dipergunakan sebagai pohon penyejuk di perkebunan maupun taman.
Ternyata pohon trembesi juga mampu menyerap CO2 puluhan kali dari pohon biasa, yaitu 28,5 ton karbondiokasida setiap tahunnya. Bandingkan dengan pohon biasa yang rata-rata mampu menyerap 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa hidupnya. Trembesi juga mampu menurunkan konsentrasi gas secara efektif, tanpa penghijauan dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat.
Daya serap bersih karbondioksida tertinggi tiap daun adalah kenanga sebesar 1.52 g/ cm2/ jam. Jadi kenanga selain bisa membuat kita rileks dengan aroma khasnya yang wangi, juga dapat membantu membersihkan udara dari tumpukan CO2 di atmosfer.
Pohon beringin mempunyai akar gantung untuk bernapas. Akar tersebut tumbuh dari batang dan menggantung kearah tanah. Akar ini menyerap uap air dan gas dari udara. Akan tetapi setelah masuk ke tanah, akar tersebut berfungsi menyerap air dan garam mineral. Tanaman ini mampu menyerap karbondioksida sebesar 535,90 (Kg/ pohon/ tahun).
Kiara Payung dapat berfungsi sebagai pengarah angin, penyaring udara yang sudah tercemar (polutan), meredam suara, mencegah erosi, pelindung dari cahaya matahari yang menyengat dan air hujan yang turun, serta juga dapat menjadi kontrol visual dan memiliki nilai estetika. Tanaman ini mampu menyerap karbondioksida sebesar 404,83 (Kg/ pohon/ tahun).
Tanaman penyelamat lingkungan lainnya yang mampu menyerap banyak karbondioksida, yaitu :
Jati, Tectona grandis, 135,27 kg/tahun
Nangka, Arthocarpus heterophyllus, 126,51 kg/tahun
Johar, Cassia grandis, 116,25 kg/tahun
Sirsak, Annona muricata, 75,29 kg/tahun
Puspa, Schima wallichii, 63,31 kg/tahun
Akasia, Acacia auriculiformis, 48,68 kg/tahun
Flamboyan, Delonix regia, 42,20 kg/tahun
Sawo kecil, Maniilkara kauki, 36,19 kg/tahun
Akasia, Acacia mangium, 15,19 kg/tahun
Angsana, Pterocarpus indicus, 11,12 kg/tahun
Dadap merah, Erythrina cristagalli, 4,55 kg/tahun
Rambutan, Nephelium lappaceum, 2,19 kg/tahun
Asam, Tamarindus indica, 1,49 kg/tahun
Bambu juga efektif menyerap CO2 yang besar, sekitar 30% lebih baik dari pohon kebanyakan.Bambu sangat cepat tumbuh, mencapai 90 cm per hari, bergantung spesies, kondisi alam dan tanah tempat bambu tumbuh. Bambu menjadi salah satu kunci penyelamat bumi dari bencana global warming.
Penulis : Tjuk Suwarsono
Editor : Widhie Kurniawan
0 Komentar