KBRN, Banjarmasin: Kalimantan Selatan dikenal dengan berbagai macam sastra Banjar lisan yang melimpah, salah satunya Baahui.
Baahui adalah tradisi berbalas pantun pada saat merontokkan padi yang baru dipanen. Biasanya acara ini dilaksanakan pada malam hari dengan dihadiri oleh masyarakat sekitar sebagai penonton.
Dalam acara Baahui, terdapat dua kelompok perontok padi yang terdiri dari 4-5 orang. Dua kelompok tersebut saling berbalas pantun seraya menginjak atau merontokan padi. Selain itu, acara ini menggunakan panggung. Di bawah panggung disediakan tikar tempat menampung bulir padi yang berguguran hasil injakan kaki.
Menurut Sastrawan Fahrurraji, sebelum acara dimulai biasanya diadakan undian terlebih dahulu. Kemudian terjadilah surung kupak atau saling berbalas pantun.
Jika di antara salah satu kelompok tidak dapat membalas, maka terdengarlah teriakan “ahui-ahui” (yel-yel) dari kelompok yang menyodorkan pantun.
Ahui-ahui juga akan terdengar lantang dari lawan bila mereka dapat membalas pantun yang dilemparkan kepada mereka. Berikut contoh Pantun Baahui :
Surung :
Timbang-timbang batang jarami
Timbang baumbai wan kumpai halalang
Ayupang tangguh susurungan kami
Banang apa nang paling panjang
Balas / jawab :
Ambil jarami dibalah-balah
Andak kain bantang sarubung
Jawaban kami pastilah sudah
Tidak lain benang bersambung
(Ahui-ahui, ura ahui ahui). (A. Syawaluddin)
0 Komentar